Nama : Rima Riski Nur Laila
NIM : 180110301008
Sarasehan Lintas Generasi
11 November, 2020
Pukul : 08.00 WIB - Selesai
“Meneladani Para Pejuang Untuk Untuk Memajukan Universitas Jember”
Universitas Jember merupakan perguruan tinggi negeri yang terletak
di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Kapubaten Jember. Berdirinya Universitas
Jember tidaklah luput dari adanya perjuangan tokoh-tokoh pendiri yang patut
untuk diapresiasi. Adapun sambutan dari beberapa ahli waris pendiri Universitas
Jember:
Ibu Amaril putri dari Dr. Raden Achmad.
Dimulai perjuangan pada tahun 1957 Dr. Raden Achmad bersama dengan
beberapa cendikiawan salah satunya adalah Teudosius Soengedi yang merupakan rekan dan sahabatnya. Beliau mempunyai
inisiatif yang sangat mulai yaitu ingin menjunjung tinggi dan menyempurnakan pendidikan
yang khususnya masyarakat Jember. Beliau menghendaki bahwa perluasan dan
peyempurnaan pendidikan tindak hanya ada di kota - kota besar. Keinginan
tersebut diimbangi dengan kerja keras, tekat yang kuat dan komunikasi pada
masyarakat serta penguasa daerah. Hubungan dengan masyarakat Jember pada
umumnya membuahkan hasil yang positif. Bapak Soejarwo yang merupakan Bupati
pada saat itu sangat mendukung ide yang membanggakan tersebut. Mereka saling
bahu membahu untuk mewujudkan berdirinya
Universitas Jember. Dana yang diperolah merupakan dana gotong royong dan dana
mandiri dari bebrapa orang dikucurkan demi mewujudkan ide yang mulia ini.
Bapak Widodo putra Bapak Soejarwo
Bapak Soejarwo merupakan
bupati yang tidak bisa dilepaskan dari berdirinya Universitas Jember. Raden Soejarwo
sebagai tokoh pendiri unej, dan bupati botol kosong. Raden Soejarwo adalah
seorang nasionalis yang religius, beliau merupakan putra kelahiran jember
yang lahir pada tanggal 16 September 1919.
Masa berkarya Raden Soejarwo sebagai pamong praja dialami dalam dua periode
yaitu pada periode Hindia Belanda dari tahun 1936-1945 dan periode kemerdekaan
pada tahun 1945-1967. Karayanya diawali menjadi seorang mantri polisi di kecamatan serta menjadi camat
dan wedana di karisidenan Madiun dan Kediri. Pada era perang kemerdekaan kelas
ke satu dan ke dua yaitu pada tahun 1947-1949 R soejarwo bertindak menjadi
staff ketahanan rakyat SPR di wilayah Kandangan, Papar, Kediri. Beliau ikut bertempur mengangkat senjata guna
melawan Belanda. Dalam perjuangan ini Raden Soejarwo mendapat pangakat dan
tanda jasa bintang kedua dalam kemerdekaan. Kemudian Raden Soejarwo menjabat
sebagai bupati Jember. Dimulai pada karirnya yang bertugas sebagai Bupati
Jember yaitu beliau mempunyai program pembangunan yang diutamakan adalah
pembangunan sumber daya manusia dengan membangun sarana sekolah seperti SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pada saat itu ada yang menjadi hambatan dalam
menalankan programnya yaitu terbatasnya
dana APBD Pemda. Sehingga Beliau memebentuk yayasan pendidikan di Kabupaten
Jember untuk menghimpun sumbangan-sumbangan dana darai masyarakat yaitu dari retribusi penjualan
karcis, gula, bahan bakar dan sebagainya. Ada suatu ide unik yang diluncurkan oleh
R Soejarwo yaitu mengumpulkan barang barang bekas dan dijual sebagai tambahan
dana. Hal itulah yang menjadikan Raden Soejarwo dijuluki sebagai Bupati botol
kosong. Pada tanggl 4 November 1957 ada tiga orang tokoh masyarakat yaitu Dr.
Achmad, Raden T. H Soengedi dan Raden Soerahman mendirikan sebuah Universitas
Swasta Tawang Alun yaitu Unita melalui sebuah yayasan yang didirikan pada
tanggal 05 Oktober 1957. Fakutlas pertama yang didirkan adalah Fakultas Hukum
dengan tempat kuliah masih menumpang. kemudian
mulailah dibangun gedung Unita di Jl. Moh Seruji. Gedung terdsebut
merupakan gedung monumental yang merupakn cikal bakal Universitas Jember.
Memasuki tahun 1959 R Soejarwo diangkat
sebagai ketua yayasan Unita menggantikan menggantikan Raden Soengedi, beliu
memiliki tugas yang berat yaitu berjuang untuk menumbuhkan Unita. Dengan
demikian empat serangkai yaitu Dr. Achmad, Raden T. H Soengedi, Raden Soerachman
dan Raden Soejarwo dapat disebut sebagai founding Fathers Universitas
Jember. Sejak tahun 1960 Unita semakin berkembang, jumlah fakultas satu demi
satu mulai bertambah yaitu fakultas Sosal Politik, FKIP, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Pertanian. Tetapi pada saat itu Fakultas kedokteran
hanya bertahan dua tahun saja, dengan alasan kurangnya tenaga pendidik. Yayasan
Unita juga merintis hubungan dengan luar negeri. Mengenai rencana lokasi
kampus, Raden Soejarwo sudah memilih Tegalboto, yang dimana pada saat itu masih
hutan belantara dan sekitarnya semak belukar dan sawah. Konon katanya Tegal
Boto terkenal dengan julukan sarang penyamun. Kemudian raden Soejarwo membangun
sebuah Jembatan yang dimulai dari Jl. Moh Seruji menuju jalan mastrip.
Perjuangan pembangunan Unita dimulai pada tahun 1961. Dalam perkembangnnya pada tahun 1963 Unita diresmikan menjadi
Uversitas Negeri cabang dari Unibraw. Kemudian perjuangan kenegerian terus
dilakukan hingga berhasilah perjuangan Unita menjadi Universitas Negeri Jember pada tanggal 9 November 1964.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Unita merupakan embrio dari Universitas
Jember yang dibesarkan dan diperjuangkan kenegeriannya oleh Pemda tingkat dua
Jember yang didukung oleh DPRD oleh saat itu, dimana peran bupati Soejarwo
sangat besar. Kemudian pada akhir 1964 Raden Soejarwo mengakhiri jabatnnya sebagai
bupati Jember.
Ibu Lolok Putri R. M Soerachman
(Nanang Hariwibowo Cucu dari R. M Soerachman)
Rden surahman kelhiran mojoagung. Dengan mendirikan unej akan
meningkatkan nilai lebih di kota Jember. Secara umum Universitas Jember sudah
sangat maju dengan beberapa cabang yaitu Jember, Pasuruan, Bondowoso, Lumajang. Universitas jember berdiri dari orang-orang
yang berkeinginan memajukan Jember, dngan demikian pemikiran tersebut menjadi anganan dan mimpi
yang akhirnya dapat terwujud.
Ibu Yayi (Rahayu sundari ) putri dari Bapak Soedi Harjoedojo
Bapak Sudi menunjang pendidikan di
Sekolah Taman Siswa hingga Taman Guru dan menjadi guru. Selanjutnya Beliau
ditugaskan di Malang dan bergabung dalam PETA. Beliau menjabat sebagai komandan
garnisun pada tahun 1950 sampai 1958.
Pada tahun 1959 atau 1960 Beliau ditugaskan menjajdi perwira di Jember untuk
mengambil alih perkebunan. Bapak menjadi
rektor dan selalu memperhatikan beberpa hal dari Fakultas Pertanian. Beliu memiliki
banyak perhatian pada dunia pendidikan. Bapak selalu menanamkan prinsip bahwa satu
disiplin, kedua harga diri, dimana bahwa diri tidak diperjual belikan dan yang
ke tiga adalah jujur. Menurut bapak kejujuran merupakan suatu hal yang sangat utama namun ketiga prinsip
tersbut tidak boleh dilupakan.
Ibu Riska putri R. Th. Soengedi
Raden Soengedi memiliki anak 11 adan cucu 31. Beliau wafat pada bulan Maret tahun 1969. Raden Soengedi
merupakn sosok pejuang yang luar biasa. Pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah
di salah satu SMPK. Dimulai daru
perjungan Universitas Jember menjadi berdiri dan berkembang, dalam memajukan pendidikan Raden Soengedi sering berkeliling guna mencari tahu informasi tentang pendidikan dari jenjang SD hingga perguruan tinggi. Kemudian Raden
Soengedi bersama empat rekannya membicarakan
terkait pendirian Universitas Jember. Kemudian Universitas Jember berkembang
menjadi perguruan tinggi yang maju dan terus meningkat, sehingga menjadikan
Universitas Jember terkenal di penjuru dunia.
Bapak Arinanto anak Bapak
Letkol. Soetardjo
Pada waktu itu Bapak
Soetarjo sering berfikir bagaimana caranya Universitas Jember bisa
berada dalam satu wilayah dan satu daerah. Bapak Soetarjo selalu mengutamakan
pekerjaan sedangkan keluarga sudah tanggung jawab ibu di rumah. Beliau selalu
menjadi orang nomor satu, yang artinya Bapak selalu menjadi yang nomor satu
jarang sekali menjadi nomer dua. Kejujuran, ketekunanan dan kebijaksanaanya
pada keluarga dan pendidikan yang luar biasa patut kita teladani. Selama
menjadi rektor, Bapak Soetarjo sangat memperhatikan mahasiswanya. Kedekatan
Bapak Soetarjo kepada mahasiswa dan para pejabat Universitas patut untuk
diteladani. Selaku menjadi rektor, ketika memerintahkan kepada siapapun selalu
menguncapkan kata “tolong”.
Bapak Bambang Priyanto putra Drs. H. Warsito
Drs. Warsito adalah seorang yang memiliki wawasan luas terutama
dalam hal pendidikan. Selama aktif menjadi tentara para anak anaknya harus
dihimbau untuk sekolah dan sekolah terus. Pandangannya tentang pendidikan
ketika Ia menjadi rektor Universitas Jember yaitu memicu realisasi bibit bitit lain seperti
Fakultas Kedokteran gigi. Jember yang belum dikenal di banyak kalangan sekarang sudah menjadi terkenal
dipenjuru dunia. Bapak merintis untuk membangun bandara dan bekerjasama dengan
pemerintah daerah, dan hingga sekarang bandara Jember sudah aktif. Sekarang unej menjadi univ yang terkenal di
Jawa Timur.
Bapak Widiyono putra Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa
Selama jadi rektor bapak memiliki gagasan untuk memajukan fakultas
Teknik dan Kedokteran. Kejujuran yang
sangat dipegang pegang teguh patut untuk kita teladani. Kemudian pesan yang
ditinggalkan oleh Bapak yaitu janganlah neko-neko.
Amanda (Perwakilan dari Dr. Kabul Santoso, M.S)
Selama menjadi Rektor Bapak Kabul sering melakukan penelitian.
Selama bapak menjadi rektor Universitas Jember
masih terdiri dari beberapa fakultas saja. Bapak tergolong pemimpin yang
selalu mengkonsolidasikan persatuan. Mendorong seluruh dosen untuk melanjutkan
ke perguruan tinggi. Bapak suka mempelajari budaya dan seni. Bapak Kabul merupakan sosok yang disiplin.
SARASEHAN PANCASILA NASIONAL KE- 11 (2020)
KOMPETISI OLAHRAGA ANTAR NEGARA: RFLEKSI SPORTIVITAS DAN
NASIONALISME.
Kamis, 12 November 2020
Pukul : 09.00-12.00 WIB
Pemateri : 1. As’ad Syamsul Arifin, S.Hum.
2. Nurrul Riyad Fadhli, S.PD.,M.Or.
Hasil Revew
“KOMPETISI OLAHRAGA ANTAR NEGARA: RFLEKSI SPORTIVITAS DAN
NASIONALISME”
Olahraga bukanlah hanya aktivitas fisik yang mempunyai tujuan
kesehatan dan rekreasi semata, melainkan juga suatu kegiatan sosial yang
mempengaruhi jiwa dan kehidupan banyak orang, baik yang berkecimpung langsung
maupun tidak di dalam olahraga tersebut. Studi dalam sosiologi olahraga
menunjukkan bagaimana aktivitas olahraga telah berevolusi bersama dengan
perkembangan masyarakat; dikomersialisasikan, dan dijadikan pertunjukan
hiburan. Frey dan Eitzen (1991) mengungkapkan bahwa olahraga juga memiliki
kontribusi politik dalam relasi internasional bangsa-bangsa dan menjadi alat
pembangunan nasional.
Disamping itu,
olahraga memiliki andil besar bagi pembentukan identitas nasional dan sadar
rasa nasionalisme dengan secara temporer menghilangkan perbedaan-perbedaan di
antara masyarakat ketika semua fokus pada pertandingan. Perlu dipahami bersama,
bahwa olahraga sangatlah berperan dalam pembentukan solidaritas nasional, yaitu
ketika semua pihak mulai dari atlet sampai penonton bersatu padu membela negara
(Frey & Eitzen, 1991).olahraga di Indonesia memiliki dua hal tujuan yang
perta yaitu sebagai prestasi yang berikutnya adalah untuk membangun sumber daya
manusia Indonesia secara utuh. Pada saat akan ada pertandingan olahraga
selalu menunjukkan momen yaitu menyayikan lagu kebangsaan. Dalam kajian olahraga kalau kita sampaikan bahwa tujuan olahraga itu untuk
mencapai prestasi, faktor itu ada dua
yaitu
faktor internal dan faktor
eksternal. Pada bidang-bidang kajian faktor internal dan eksternal,
mengenai sarana dan prasarana serta faktornya dari
sudut pandang keamanan, sudut pandang kesehatan serta sebagainya. Akan tetapi ketidakjelasan itu menjadikan hasil prestasi
kita di dunia
internasional
mulai dari taktik strategi dan fisik atlet sangat dipengaruhi oleh sosiologi masyarakatnya masing-masing masih terkait dengan pemetaan atletnya
karema minimnya peminatan menjadi atlet.
Olahraga dapat menjadi indikator rasa kebangsaan; merupakan medium
yang efektif untuk menanamkan rasa kebangsaan, menyediakan sebentuk aksi
simbolis yang menyatakan keadaan negara itu sendiri. Nasionalisme olahraga
merupakan fenomena sosial yang kompleks, yang diciptakan oleh ikatan antara
negara bangsa dengan olahraga-olahraganya (Tosa, 2015). Peran olahraga bagi
nasionalisme suatu negara di antaranya :
1. Olahraga memiliki
andil dalam konstruksi dan reproduksi identitas nasional banyak orang. Ada
hubungan antara olahraga dengan identitas nasional, yang mana hubungan ini
melemah di beberapa negara sebagai akibat dari perubahan masyarakat dunia dan
globalisasi (Beirner, 2001).
2. Olahraga merupakan
arena untuk merayakan identitas nasional. Fenomena orang membawa bendera negara
ke stadion kompetisi olahraga internasional seperti Asian Games, mengenakan
kostum nasional, dan mencat wajah dengan warna bendera Negara (Beirner, 2001).
Hal ini dapat memupuk rasa identitas nasional sesama satu Negara dan satu bangsa.
3. Olahraga menjadi
sarana dan ajang orang-orang memikirkan identitas nasionalnya sendiri, yang
mungkin selama ini telah meluntur karena pengaruh globalisasi (Bairner, 2001).
Gempuran arus globalisasi yang membawa perubahan salah satunya masuknya budaya luar
yang terkadang ditelan mentah-mentah bangsa kita tentu akan mengikis identitas
nasional kita. Makanya melalui ajang olahraga seperti Asian Games dapat
membangkitkan kembali identitas nasionalbangsa kita.
4. Olahraga memberikan
kesempatan bagi wakil-wakil dari negara-negara yang berbeda untuk terlibat
dalam kompetisi yang jujur, dan bagi para penggemarnya untuk bertemu
bersama-sama dalam perhelatan internasional dan saling mengenal satu-sama lain.
Seperti halnya Asian Games yang merupakan ajang pertandingan olahraga antar
Negara-negara di kawasan Asia tentunya akan dapat membina rasa kejujuran dan
sportifitas antar para peserta dari berbagai Negara di kawasan Asia.
Sejak tahun 1932 PSSI, melaksanakan kongres kedua mereka menegaskan bahwa lewat sepak bola inilah
perjuangan nasionalisme Indonesia salah satunya akan dimulai, sehingga PSSI menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa organisasi yang mana secara legal saat itu dilarang mengambil sikap seperti itu. Hal itu
merupakan salah satu momen penting bagaimana awal olahraga ini menjadi perwujudan sifat nasionalisme walaupun
tidak ikut
campur dengan
tim yang bermain di Piala Dunia itu.
Ada beberapa penduduk Bumi Putra
yang mengambil bagian di Piala Dunia, nama yang cukup terkenal adalah nama dokter
Soetta Nawir ia benar-benar dokter orang yang dipercaya menjadi kapten tim. Ketika dia selesai Piala Dunia kemudian buka praktek dokter di Surabaya. Ada lagi satu dari Ambon
namanya bisa ke Pati well juga orang Bumiputera orang-orang Ambon yang masuk ke dalam
tim itu. Dalam hal ini sepak bola terus
berkembang menjadikan sepak bola sebagai salah satu
wadah nasionalisme kemudian kita berlanjut pada waktunya manfaatkan dengan baik.
Lebih meluas
lagi ajang olahraga layaknya Asian Games sangatlah strategis sebagai sarana
memperkokoh spirit kebangsaan, persaudaraan, dan juga perdamaian bangsa-bangsa.
Spirit utama dari Asian Games tentu bukan hanya ajang perhelatan olahraga
semata, namun juga sebagai energi Asia untuk spirit kebangsaan dan perdamaian
dunia. Even besar yang baru terjadi dua kali di Indonesia, yakni di Era
Presiden Soekarno Tahun 1962 dan Presiden Jokowi 2018 kali ini, harus dimaknai
sebagai peristiwa akbar dalam merajut tenun kebangsaan dan perdamaian
bangsa-bangsa. Sesuai slogan Asian Games, Energy of Asia, kita ingin membawa
spirit bagi solidaritas-perdamaian di kawasan Asia. Kita bisa tengok satu
contoh, perhelatan besar Asian Games 2018 kali ini menjadi saksi sejarah
bersatunya Korea Utara dan Korea Selatan. Langkah ini dilakukan menyusul perdamaian
yang dilakukan oleh kedua negara tersebut. Berdasarkan keputusan Dewan
Olimpiade Asia (OCA) dan Inasgoc (Indonesia Asian Games Organizing Commitee) di
Jakarta, Korea Selatan dan Korea Utara akan melebur menjadi Tim Korea untuk
tiga cabang olahraga. Ketiga cabang olahraga tersebut meliputi bola basket
(putri), perahu naga (putra dan putri), serta dayung. Beberapa contoh tersebut
tentu semakin memantapkan kita bahwa Asian Games hendaknya tak hanya dijadikan
sebagai ajang perlombaan semata, akan tetapi lebih daripada itu, yakni sebagai
pengukuh rasa nasionalisme kebangsaan, serta lebih meluas lagi dapat menjadi
spirit perdamaian Asia serta dunia.
Bung Karno
memakai dua modal yang digunakan pertama adalah pampasan perang dari Jepang
yang digunakan unuk membangun fasilitas
Asian Games. Selanjutnya adanya dukungan dari Uni Soviet untuk
mengirimkan pekerja besar kasar yaitu arsitektur dan Insinyur guna membangun
fasilitas olahraga. Salah satu contoh fasilitas olahraga tersebut adalah
stadion utama yaitu Gelora Bung Karno.
Dimana dalam perjalanan sejarah sepak bola membuktikan bahwa adanya rasa
nasionalisme tidak hanya untuk dibangun
memlalui pengenalan budaya, akan tetapi dalam cabanng olahraga juga berperan.
Sepak bola selain menjadi ajang kompetisi, juga sebagai media guna
memperkenalkan kepada kancah dunia lewat kompetisi sepak bola.