Kamis, 12 November 2020

Revew Sarasehan

 

Nama     : Rima Riski Nur Laila

NIM    : 180110301008

Sarasehan Lintas Generasi

11 November, 2020

Pukul : 08.00 WIB - Selesai

 

“Meneladani Para Pejuang Untuk Untuk Memajukan Universitas Jember”

 

Universitas Jember merupakan perguruan tinggi negeri yang terletak di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Kapubaten Jember. Berdirinya Universitas Jember tidaklah luput dari adanya perjuangan tokoh-tokoh pendiri yang patut untuk diapresiasi. Adapun sambutan dari beberapa ahli waris pendiri Universitas Jember:

Ibu Amaril putri dari Dr. Raden Achmad.

Dimulai perjuangan pada tahun 1957 Dr. Raden Achmad bersama dengan beberapa cendikiawan salah satunya adalah Teudosius Soengedi  yang merupakan rekan dan sahabatnya. Beliau mempunyai inisiatif yang sangat mulai yaitu ingin menjunjung tinggi dan menyempurnakan pendidikan yang khususnya masyarakat Jember. Beliau menghendaki bahwa perluasan dan peyempurnaan pendidikan tindak hanya ada di kota - kota besar. Keinginan tersebut diimbangi dengan kerja keras, tekat yang kuat dan komunikasi pada masyarakat serta penguasa daerah. Hubungan dengan masyarakat Jember pada umumnya membuahkan hasil yang positif. Bapak Soejarwo yang merupakan Bupati pada saat itu sangat mendukung ide yang membanggakan tersebut. Mereka saling bahu membahu untuk mewujudkan  berdirinya Universitas Jember. Dana yang diperolah merupakan dana gotong royong dan dana mandiri dari bebrapa orang dikucurkan demi mewujudkan ide yang mulia ini.

 

Bapak Widodo putra Bapak Soejarwo

Bapak Soejarwo  merupakan bupati yang tidak bisa dilepaskan dari berdirinya Universitas Jember. Raden Soejarwo sebagai tokoh pendiri unej, dan bupati botol kosong. Raden Soejarwo adalah seorang nasionalis yang religius, beliau merupakan putra kelahiran jember yang  lahir pada tanggal 16 September 1919. Masa berkarya Raden Soejarwo sebagai pamong praja dialami dalam dua periode yaitu pada periode Hindia Belanda dari tahun 1936-1945 dan periode kemerdekaan pada tahun 1945-1967. Karayanya diawali menjadi seorang  mantri polisi di kecamatan serta menjadi camat dan wedana di karisidenan Madiun dan Kediri. Pada era perang kemerdekaan kelas ke satu dan ke dua yaitu pada tahun 1947-1949 R soejarwo bertindak menjadi staff ketahanan rakyat SPR di wilayah Kandangan, Papar, Kediri. Beliau  ikut bertempur mengangkat senjata guna melawan Belanda. Dalam perjuangan ini Raden Soejarwo mendapat pangakat dan tanda jasa bintang kedua dalam kemerdekaan. Kemudian Raden Soejarwo menjabat sebagai bupati Jember. Dimulai pada karirnya yang bertugas sebagai Bupati Jember yaitu beliau mempunyai program pembangunan yang diutamakan adalah pembangunan sumber daya manusia dengan membangun sarana sekolah seperti SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pada saat itu ada yang menjadi hambatan dalam menalankan programnya yaitu  terbatasnya dana APBD Pemda. Sehingga Beliau memebentuk yayasan pendidikan di Kabupaten Jember untuk menghimpun sumbangan-sumbangan dana  darai masyarakat yaitu dari retribusi penjualan karcis, gula, bahan bakar dan sebagainya. Ada suatu ide unik yang diluncurkan oleh R Soejarwo yaitu mengumpulkan barang barang bekas dan dijual sebagai tambahan dana. Hal itulah yang menjadikan Raden Soejarwo dijuluki sebagai Bupati botol kosong. Pada tanggl 4 November 1957 ada tiga orang tokoh masyarakat yaitu Dr. Achmad, Raden T. H Soengedi dan Raden Soerahman mendirikan sebuah Universitas Swasta Tawang Alun yaitu Unita melalui sebuah yayasan yang didirikan pada tanggal 05 Oktober 1957. Fakutlas pertama yang didirkan adalah Fakultas Hukum dengan tempat kuliah masih menumpang. kemudian  mulailah dibangun gedung Unita di Jl. Moh Seruji. Gedung terdsebut merupakan gedung monumental yang merupakn cikal bakal Universitas Jember. Memasuki tahun 1959 R  Soejarwo diangkat sebagai ketua yayasan Unita menggantikan menggantikan Raden Soengedi, beliu memiliki tugas yang berat yaitu berjuang untuk menumbuhkan Unita. Dengan demikian empat serangkai yaitu Dr. Achmad, Raden T. H Soengedi, Raden Soerachman dan Raden Soejarwo dapat disebut sebagai founding Fathers Universitas Jember. Sejak tahun 1960 Unita semakin berkembang, jumlah fakultas satu demi satu mulai bertambah yaitu fakultas Sosal Politik, FKIP, Fakultas  Kedokteran, dan Fakultas Pertanian.  Tetapi pada saat itu Fakultas kedokteran hanya bertahan dua tahun saja, dengan alasan kurangnya tenaga pendidik. Yayasan Unita juga merintis hubungan dengan luar negeri. Mengenai rencana lokasi kampus, Raden Soejarwo sudah memilih Tegalboto, yang dimana pada saat itu masih hutan belantara dan sekitarnya semak belukar dan sawah. Konon katanya Tegal Boto terkenal dengan julukan sarang penyamun. Kemudian raden Soejarwo membangun sebuah Jembatan yang dimulai dari Jl. Moh Seruji menuju jalan mastrip. Perjuangan pembangunan Unita dimulai pada tahun 1961. Dalam perkembangnnya  pada tahun 1963 Unita diresmikan menjadi Uversitas Negeri cabang dari Unibraw. Kemudian perjuangan kenegerian terus dilakukan hingga berhasilah perjuangan Unita menjadi Universitas  Negeri Jember pada tanggal 9 November 1964. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Unita merupakan embrio dari Universitas Jember yang dibesarkan dan diperjuangkan kenegeriannya oleh Pemda tingkat dua Jember yang didukung oleh DPRD oleh saat itu, dimana peran bupati Soejarwo sangat besar. Kemudian pada akhir 1964  Raden Soejarwo mengakhiri jabatnnya sebagai bupati Jember.

 

Ibu Lolok Putri  R. M  Soerachman

(Nanang Hariwibowo Cucu dari R. M Soerachman)

Rden surahman kelhiran mojoagung. Dengan mendirikan unej akan meningkatkan nilai lebih di kota Jember. Secara umum Universitas Jember sudah sangat maju dengan beberapa cabang yaitu Jember, Pasuruan, Bondowoso, Lumajang.  Universitas jember berdiri dari orang-orang yang berkeinginan memajukan Jember, dngan demikian  pemikiran tersebut menjadi anganan dan mimpi yang akhirnya dapat terwujud.

Ibu Yayi (Rahayu sundari ) putri dari Bapak Soedi Harjoedojo

Bapak Sudi menunjang pendidikan di  Sekolah Taman Siswa hingga Taman Guru dan menjadi guru. Selanjutnya Beliau ditugaskan di Malang dan bergabung dalam PETA. Beliau menjabat sebagai komandan garnisun pada tahun  1950 sampai 1958. Pada  tahun 1959 atau 1960 Beliau  ditugaskan menjajdi perwira di Jember untuk mengambil alih perkebunan.  Bapak menjadi rektor dan selalu memperhatikan beberpa hal dari Fakultas Pertanian. Beliu memiliki banyak perhatian pada dunia pendidikan. Bapak selalu menanamkan prinsip bahwa satu disiplin, kedua harga diri, dimana bahwa diri tidak diperjual belikan dan yang ke tiga adalah jujur. Menurut bapak kejujuran merupakan suatu hal  yang sangat utama namun ketiga prinsip tersbut tidak boleh dilupakan.

Ibu Riska putri R. Th. Soengedi

Raden Soengedi memiliki anak 11 adan  cucu 31. Beliau wafat  pada bulan Maret tahun 1969. Raden Soengedi merupakn sosok pejuang yang luar biasa. Pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah di salah satu SMPK.  Dimulai daru perjungan Universitas Jember menjadi berdiri dan berkembang,  dalam memajukan pendidikan Raden Soengedi  sering berkeliling guna mencari tahu  informasi tentang pendidikan dari  jenjang SD hingga perguruan tinggi. Kemudian Raden Soengedi bersama empat  rekannya membicarakan terkait pendirian Universitas Jember. Kemudian Universitas Jember berkembang menjadi perguruan tinggi yang maju dan terus meningkat, sehingga menjadikan Universitas Jember terkenal di penjuru dunia.

Bapak Arinanto anak  Bapak Letkol. Soetardjo

Pada waktu itu Bapak  Soetarjo sering berfikir bagaimana caranya Universitas Jember bisa berada dalam satu wilayah dan satu daerah. Bapak Soetarjo selalu mengutamakan pekerjaan sedangkan keluarga sudah tanggung jawab ibu di rumah. Beliau selalu menjadi orang nomor satu, yang artinya Bapak selalu menjadi yang nomor satu jarang sekali menjadi nomer dua. Kejujuran, ketekunanan dan kebijaksanaanya pada keluarga dan pendidikan yang luar biasa patut kita teladani. Selama menjadi rektor, Bapak Soetarjo sangat memperhatikan mahasiswanya. Kedekatan Bapak Soetarjo kepada mahasiswa dan para pejabat Universitas patut untuk diteladani. Selaku menjadi rektor, ketika memerintahkan kepada siapapun selalu menguncapkan kata “tolong”.

 

Bapak Bambang Priyanto putra Drs. H. Warsito

Drs. Warsito adalah seorang yang memiliki wawasan luas terutama dalam hal pendidikan. Selama aktif menjadi tentara para anak anaknya harus dihimbau untuk sekolah dan sekolah terus. Pandangannya tentang pendidikan ketika Ia menjadi rektor Universitas Jember yaitu  memicu realisasi bibit bitit lain seperti Fakultas Kedokteran gigi. Jember yang belum dikenal di banyak  kalangan sekarang sudah menjadi terkenal dipenjuru dunia. Bapak merintis untuk membangun bandara dan bekerjasama dengan pemerintah daerah, dan hingga sekarang bandara Jember sudah aktif.  Sekarang unej menjadi univ yang terkenal di Jawa Timur.

Bapak Widiyono putra Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa

Selama jadi rektor bapak memiliki gagasan untuk memajukan fakultas Teknik dan Kedokteran.  Kejujuran yang sangat dipegang pegang teguh patut untuk kita teladani. Kemudian pesan yang ditinggalkan oleh Bapak yaitu janganlah neko-neko.

Amanda (Perwakilan dari Dr. Kabul Santoso, M.S)

Selama menjadi Rektor Bapak Kabul sering melakukan penelitian. Selama bapak menjadi rektor Universitas Jember  masih terdiri dari beberapa fakultas saja. Bapak tergolong pemimpin yang selalu mengkonsolidasikan persatuan. Mendorong seluruh dosen untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Bapak suka mempelajari budaya dan seni.  Bapak Kabul merupakan sosok yang disiplin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SARASEHAN PANCASILA NASIONAL KE- 11 (2020)

KOMPETISI OLAHRAGA ANTAR NEGARA: RFLEKSI SPORTIVITAS DAN NASIONALISME.

Kamis, 12 November 2020

Pukul : 09.00-12.00 WIB

Pemateri : 1. As’ad Syamsul Arifin, S.Hum.

                   2. Nurrul Riyad Fadhli, S.PD.,M.Or.

Hasil Revew

 

“KOMPETISI OLAHRAGA ANTAR NEGARA: RFLEKSI SPORTIVITAS DAN NASIONALISME”

Olahraga bukanlah hanya aktivitas fisik yang mempunyai tujuan kesehatan dan rekreasi semata, melainkan juga suatu kegiatan sosial yang mempengaruhi jiwa dan kehidupan banyak orang, baik yang berkecimpung langsung maupun tidak di dalam olahraga tersebut. Studi dalam sosiologi olahraga menunjukkan bagaimana aktivitas olahraga telah berevolusi bersama dengan perkembangan masyarakat; dikomersialisasikan, dan dijadikan pertunjukan hiburan. Frey dan Eitzen (1991) mengungkapkan bahwa olahraga juga memiliki kontribusi politik dalam relasi internasional bangsa-bangsa dan menjadi alat pembangunan nasional.

       Disamping itu, olahraga memiliki andil besar bagi pembentukan identitas nasional dan sadar rasa nasionalisme dengan secara temporer menghilangkan perbedaan-perbedaan di antara masyarakat ketika semua fokus pada pertandingan. Perlu dipahami bersama, bahwa olahraga sangatlah berperan dalam pembentukan solidaritas nasional, yaitu ketika semua pihak mulai dari atlet sampai penonton bersatu padu membela negara (Frey & Eitzen, 1991).olahraga di Indonesia memiliki dua hal tujuan yang perta yaitu sebagai prestasi yang berikutnya adalah untuk membangun sumber daya manusia  Indonesia secara utuh.  Pada saat akan ada pertandingan olahraga selalu menunjukkan momen yaitu menyayikan lagu kebangsaan. Dalam   kajian olahraga kalau kita sampaikan bahwa tujuan olahraga  itu  untuk  mencapai prestasi, faktor  itu  ada dua  yaitu  faktor  internal dan  faktor eksternal. Pada  bidang-bidang kajian   faktor internal dan eksternal, mengenai sarana dan prasarana serta faktornya dari sudut pandang keamanan, sudut pandang kesehatan serta sebagainya. Akan  tetapi ketidakjelasan itu menjadikan hasil prestasi kita di dunia internasional mulai dari taktik strategi dan fisik atlet sangat dipengaruhi oleh sosiologi masyarakatnya masing-masing masih terkait dengan pemetaan atletnya  karema minimnya peminatan menjadi atlet. Olahraga dapat menjadi indikator rasa kebangsaan; merupakan medium yang efektif untuk menanamkan rasa kebangsaan, menyediakan sebentuk aksi simbolis yang menyatakan keadaan negara itu sendiri. Nasionalisme olahraga merupakan fenomena sosial yang kompleks, yang diciptakan oleh ikatan antara negara bangsa dengan olahraga-olahraganya (Tosa, 2015). Peran olahraga bagi nasionalisme suatu negara di antaranya :

1.         Olahraga memiliki andil dalam konstruksi dan reproduksi identitas nasional banyak orang. Ada hubungan antara olahraga dengan identitas nasional, yang mana hubungan ini melemah di beberapa negara sebagai akibat dari perubahan masyarakat dunia dan globalisasi (Beirner, 2001).

2.         Olahraga merupakan arena untuk merayakan identitas nasional. Fenomena orang membawa bendera negara ke stadion kompetisi olahraga internasional seperti Asian Games, mengenakan kostum nasional, dan mencat wajah dengan warna bendera Negara (Beirner, 2001). Hal ini dapat memupuk rasa identitas nasional sesama satu Negara dan satu bangsa.

3.         Olahraga menjadi sarana dan ajang orang-orang memikirkan identitas nasionalnya sendiri, yang mungkin selama ini telah meluntur karena pengaruh globalisasi (Bairner, 2001). Gempuran arus globalisasi yang membawa perubahan salah satunya masuknya budaya luar yang terkadang ditelan mentah-mentah bangsa kita tentu akan mengikis identitas nasional kita. Makanya melalui ajang olahraga seperti Asian Games dapat membangkitkan kembali identitas nasionalbangsa kita.

4.         Olahraga memberikan kesempatan bagi wakil-wakil dari negara-negara yang berbeda untuk terlibat dalam kompetisi yang jujur, dan bagi para penggemarnya untuk bertemu bersama-sama dalam perhelatan internasional dan saling mengenal satu-sama lain. Seperti halnya Asian Games yang merupakan ajang pertandingan olahraga antar Negara-negara di kawasan Asia tentunya akan dapat membina rasa kejujuran dan sportifitas antar para peserta dari berbagai Negara di kawasan Asia.

Sejak tahun 1932 PSSI, melaksanakan   kongres kedua mereka menegaskan bahwa lewat sepak bola inilah perjuangan nasionalisme Indonesia salah satunya akan dimulai, sehingga   PSSI menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa organisasi yang mana secara legal saat itu dilarang mengambil sikap seperti itu.  Hal itu merupakan salah satu momen penting bagaimana awal olahraga ini menjadi perwujudan sifat nasionalisme walaupun tidak ikut campur dengan tim yang bermain di Piala Dunia itu.  Ada beberapa penduduk Bumi Putra yang mengambil bagian di Piala Dunia,   nama yang cukup terkenal adalah nama dokter Soetta Nawir ia benar-benar dokter orang yang dipercaya menjadi kapten tim. Ketika dia selesai Piala Dunia kemudian buka praktek dokter di Surabaya.   Ada lagi satu dari Ambon namanya bisa ke Pati well juga orang Bumiputera orang-orang Ambon yang masuk ke dalam tim itu. Dalam hal ini sepak bola  terus berkembang menjadikan sepak bola sebagai salah satu wadah nasionalisme kemudian kita berlanjut pada waktunya manfaatkan dengan baik.

Lebih meluas lagi ajang olahraga layaknya Asian Games sangatlah strategis sebagai sarana memperkokoh spirit kebangsaan, persaudaraan, dan juga perdamaian bangsa-bangsa. Spirit utama dari Asian Games tentu bukan hanya ajang perhelatan olahraga semata, namun juga sebagai energi Asia untuk spirit kebangsaan dan perdamaian dunia. Even besar yang baru terjadi dua kali di Indonesia, yakni di Era Presiden Soekarno Tahun 1962 dan Presiden Jokowi 2018 kali ini, harus dimaknai sebagai peristiwa akbar dalam merajut tenun kebangsaan dan perdamaian bangsa-bangsa. Sesuai slogan Asian Games, Energy of Asia, kita ingin membawa spirit bagi solidaritas-perdamaian di kawasan Asia. Kita bisa tengok satu contoh, perhelatan besar Asian Games 2018 kali ini menjadi saksi sejarah bersatunya Korea Utara dan Korea Selatan. Langkah ini dilakukan menyusul perdamaian yang dilakukan oleh kedua negara tersebut. Berdasarkan keputusan Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Inasgoc (Indonesia Asian Games Organizing Commitee) di Jakarta, Korea Selatan dan Korea Utara akan melebur menjadi Tim Korea untuk tiga cabang olahraga. Ketiga cabang olahraga tersebut meliputi bola basket (putri), perahu naga (putra dan putri), serta dayung. Beberapa contoh tersebut tentu semakin memantapkan kita bahwa Asian Games hendaknya tak hanya dijadikan sebagai ajang perlombaan semata, akan tetapi lebih daripada itu, yakni sebagai pengukuh rasa nasionalisme kebangsaan, serta lebih meluas lagi dapat menjadi spirit perdamaian Asia serta dunia.

Bung Karno memakai dua modal yang digunakan pertama adalah pampasan perang dari Jepang yang digunakan unuk membangun fasilitas  Asian Games. Selanjutnya adanya dukungan dari Uni Soviet untuk mengirimkan pekerja besar kasar yaitu arsitektur dan Insinyur guna membangun fasilitas olahraga. Salah satu contoh fasilitas olahraga tersebut adalah stadion  utama yaitu Gelora Bung Karno. Dimana dalam perjalanan sejarah sepak bola membuktikan bahwa adanya rasa nasionalisme  tidak hanya untuk dibangun memlalui pengenalan budaya, akan tetapi dalam cabanng olahraga juga berperan. Sepak bola selain menjadi ajang kompetisi, juga sebagai media guna memperkenalkan kepada kancah dunia lewat kompetisi sepak bola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KKN BTV-3 KELOMPOK 01 : PENDAMPINGAN PEMASARAN UMKM JAJANAN RUMAHAN TERDAMPAK COVID-19 MELALUI MEDIA DIGITAL

  KKN BTV-3 KELOMPOK 01 : PENDAMPINGAN PEMASARAN UMKM JAJANAN RUMAHAN TERDAMPAK COVID-19 MELALUI MEDIA DIGITAL Oleh   RIMA RISKI NUR LAI...